Friday, August 17, 2018

Hubungan ini tak perlu hitungan. Cinta tak perlu dihitung per dua tiga bulan. Aku ingin kita tetap bersanding hingga tahun-tahunan. Tanpa embel-embel peringatan hari jadian. Kita cukup berjalan perlahan-lahan. Tangan bergandengan dan menikmati kebersamaan. Tanpa jutaan pujian dan janji setia saling kita lontarkan. Cinta yang sebenarnya tanpa diteriakkan pun mudah dirasakan.

Aku tak mau kita seperti orang kebanyakan, yang kerap saling cemburuan atau berangan-angan soal masa depan kejauhan. Aku juga tak ingin terlalu banyak permintaan dan tuntutan. Seperti menerima pesan balasan per dua menitan atau menolak kado ulang tahun yang mengecewakan sebab tak sesuai harapan.

Tak perlu terlalu memikirkan keadaan, kita mampu bahagia tanpa harus bergelimang kemewahan. Dibanding makan malam di restoran, kita bisa menikmati kerang rebus di pinggir jalan. Daripada menghabiskan uang tabungan, lebih baik kita main ayunan dari ban di halaman atau mencoba wahana tidak menakutkan di taman.

Cinta bukanlah pundi-pundi harta yang harus dipenuhkan. Bukan pula Tuhan yang punya segala kesempurnaan. Cinta cukuplah keganjilan yang digenapkan, aku dan kau yang terlengkapkan. Sesuatu yang menguatkan dari segala ujian dan cobaan. Cinta tetaplah si pincang, si buta, si tuli, si miskin—segala kekurangan yang perlu pensyukuran.

Aku ingin mencintaimu tanpa alasan-alasan yang harus didefenisikan. Tanpa batasan-batasan atas segala ketidakmungkinan. Aku ingin mencintaimu dengan kebebasan saling menggenggam dan menyenderkan kepala di lengan. Tanpa takut kehilangan atau dikecewakan.

Aku ingin mencintaimu dengan segala cara yang selama ini terlewatkan.

mari bangun rumah ternyaman selagi genggam kita bertautan.

- p w s t r i

Wednesday, August 8, 2018

Hai! Sudah lama rasanya aku tidak menulis lagi di blog, yang ku ingat terakhir aku menulis tentang masa lalu, ya tentang seseorang dimana aku terlalu percaya dengan segala janji-janji yang dibuatnya dan dengan mudahnya ia mengingkari itu semua. Brengsek? Entah lah kata apa yang pantas untuk manusia satu itu. Yang jelas aku sudah melupakan dan memaafkannya semua. Tuhan aja maha pengampun, masa hamba-Nya tidak. Dan, mungkin ini untuk pelajaran bagi aku juga untuk tidak terlalu menjatuhkan harapan kita ke sesama manusia.

2018.  Setahun sudah aku melewati masa-masa yang bisa dibilang untuk menata hati lagi, kembali ke awal lagi seperti saat aku belum mengenalmu, dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa itu bukan lah hal yang mudah. Awalnya aku ragu untuk menceritakan ini semua ke teman dekatku. Yang ku lakukan hanya menangis di depannya kemudian tak lama ia memelukku, "nangis aja sal, biar lega. kalau mau cerita aku siap dengerin". Aku sangat bersyukur disaat seperti ini teman-temanku selalu mau direpotkan. Tidak beberapa setelah aku menceritakan ini ada yang menganggap nya hanya masalah yang sepele dan menyudutkan aku seolah-olah semua ini adalah kesalahan ku sendiri. Untung aku tipikel orang yang bodo amatan yang ga terlalu ambil pusing omongan orang, sudah ada yang mau mendengarkan saja sudah syukur.

Setelah semua ini terlewati aku baru merasakan arti kebebasan yang selama ini aku belum pernah rasakan. Hampir setiap malam aku diajak ngopi dengan teman smp dan sma ku. Bersyukur aku kuliah di kota yang tidak jauh dari kota asalku, dan teman-temanku juga kuliah dikota yang sama denganku. Kami saling bertukar cerita tentang kegiatan kami dikampus masing-masing, kemudian cerita tentang prodi masing-masing yang nantinya akan kerja jadi apa dan dimana, dan juga tidak ketinggalan menceritakan teman-teman baru kami, yang berasal dari berbagai daerah. Sungguh pembicaraan yang benar-benar berfaedah. Tidak hanya itu, setiap ada hari libur ajakan main selalu tidak absen, hunting foto apalagi. Dan yang paling aku ingat sampe sekarang ke 3 temanku mengabulkan permintaanku untuk cover lagu yang sudah ku list sebelumnya lagu apa aja yang akan dicover. Lagu apalagi kalau bukan lagu galau wkwk. Sehabis isya kita kumpul nyanyi-nyanyi gajelas diiringi satu gitar dan ga kerasa itu sampe jam 3 pagi! hahaha padahal besoknya ada makul jam 7.

"wes yo sal ojo galau-galauan meneh, hudu salsa sing tak kenal nek ngono kui" kata seorang temanku disebrang telpon. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah ga berhenti bersyukur aku dikelilingi orang-orang yang baik dan peduli sama aku. Makin kesini aku makin kuat, dan insyaAllah lebih dewasa lagi dalam menyikapi suatu masalah. Yah kesimpulannya aku nulis panjang lebar gini memang kehidupan ga selamanya selalu mulus, pasti ada masa "struggle" dimana semua itu butuh proses dan tergantung masing-masing kita mau meyikapi nya bagaimana. Dan sosialisasi itu juga penting banget, jangan sampe apa-apa dipendem sendiri. Ga sehat lho.

Oke segitu dulu aja deh cerita dari aku, babay!